Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Pengalaman Belanja Sayur dan Buah Online di Segari

Hi semua.. Seneng banget ya sekarang ini makin gampang buat belanja apa aja secara online apalagi di jaman pandemi kayak gini yang harus membatasi banget keluar rumah. Berbekal dari liat instagram story salah satu teman yang habis terima paket dari segari, aku jadi ikut-ikutan cari tahu tentang segari. Waktu udah intip aplikasinya waaw... ternyata cukup lengkap yaaa dan yang paling penting harganya itu loh banyak yang lebih murah dan ada potongan harga juga. Apalagi ditambah sama free ongkir akhirnya yang tadinya mau keluar rumah buat groceries shopping langsung kuputuskan batal dan belanja lewat segari ini aja. Jadi segari itu apa sih? Segari adalah situs belanja online bahan segar berkualitas dan infonya startup ini baru berdiri di tahun 2020.  Belinya cuma bisa via aplikasi? engga doong.. bisa juga via website biasa misal kamu males download aplikasinya di HP atau udh kepenuhan memorinya :) jadi gampang banget dan user friendly. Pilihan pembayarannya juga beragam dari mulai transfe

Pray

Ya Allah kami berlindung kepada-Mu dari gundah gulana dan kesedihan dan kami berlindung kepada-Mu dari sifat dengki dan kikir dan kami berlindung kepada-Mu dari lilitan hutang dan seseorang yang dzolim

Nur :)

Cahaya. Tak perlu mata untuk melihatnya. Cahaya tetap memelukmu dengan sempurna, oleh kuasa-Nya.

Sajak Sang Pengabdi

Aku lahir demi kesejatian sebuah pengabdian Dalam abad abad yang susah, Miskin kemanusiaan, kaya penderitaan. Aku lahir dari sebuah takdir Takdir lingkar gejolak penuh juang. Panggilan jiwa ini, Bukan tuntutan duniawi Aku bekerja tak berpenghabisan Menyambung generasi waktu, Yang sedang berjalan mengaliri lorong lorong peradaban. -AAD-

Rumit?

Gerimis di langit malam tanggal sebelas waktu itu seakan tak asing kudengar. Terdiam. Kuresapi setiap derai bulir air langit yang turun kala itu. Tak sadar, tenggelamlah aku dalam asiknya lamunan malam. Hingga suara gaduh tak sanggup membuatku terjaga. Aku  mati, mati dalam lamunanku sendiri yang tak tahu kemana akan berlabuh. Aku kesal, setiap gerimis datang tak mampu aku tenang lalu tidur. Pasti akan terjaga dalam lamunan panjang yang kini ku sebut lamunan bodoh. Bahkan memejamkan mata pun bukan pilihan yang tepat. Aku tetap tenggelam dalam sesuatu yang kunamakan kebodohan sesaat. Hingga ribuan detik berlalu, sesosok bayangan manis itu menggangguku dengan senyumnya. Menggodaku dengan tatapannya yang lembut. Dan aku tersadar. Dia jawaban dari alasan mengapa aku melakukan lamunan bodoh ini. Dia sosok yang kunanti setiap pagi ada untuk membangunkanku tapi ku tahu itu tak mungkin. Bukan karena apapun, tapi sesuatu yang berharga darinya tak bisa aku raih. Ya, hatinya tidak untuk aku,

Rindu Tuhan

   Muara lamunanku tak bergeming, ia membelai pelan anak tangga penantian. Di sudut lorong hitam aku menunggu dengan tangisan ragu tanpa suara. Raja rasa lalu memuncah banjiri mataku satu satu. Bagaikan hujan menciumi deras sang alam bumi. Layaknya aku kini terpaku pada sebuah persimpangan, dipaksa patuh untuk pilih riasanku sendiri. Riasan jujur yang harus menghiasi kehidupan fana. Aku melolong tak berkedip. Sepi lalu menjalar hebat kedinginan.  Seperti suara angin dini hari, begitu sepi. Cawan bunga melati itu lalu bergaya elok meniup semerbak aura wewangiannya. Senja sedang menggantung jingga keemasan. Perahuku seakan belum siap berlayar, hati gemetaran mencari sang tuan. Adakah yang mampu patahkan jeruji ini? Aku terlentanng diantara rasaku sendiri. Terpenjara oleh kegamangan jiwa penuh tatih kerinduan dan haus hangatnya sentuhan sang pencipta jiwa raga. Masih adakah aku dalam lembar naskah-Nya? Ribuan tanya deras mencumbui pikiranku. Tak akan kering walau diusir angin. Rindu

Gemintang

          Aku masih duduk terdiam di bawah temaram lampu taman. Masih juga tak bergeming pergi walau sang bayu malam ini begitu dingin membelai tubuhku. Hari ini terasa berbeda. Sepertinya memori lama itu kembali menghiasi pikiranku. Sesuatu yang sulit kulupakan walau sesaat. Suatu awal yang tak tahu masih akan berlanjut atau sudah berakhir. Kisahku yang mengagumi sosok penuh sinar kala itu. Saat malam sedang tergantung butiran gemintang nan indah, dan bermandikan cahaya bulan. Semua adalah awal indahnya kisah pertemuanku dengannya. Aku pun masih menulis tentangnya dalam buku harian. Begitu mudah mengalir saat menulis tentangnya. Namun entah mengapa seakan ada yang tersendat saat pena ini terus menggores pertengahan lembaranku. Dan pasti akan ada air mata menggenang di sudut mataku yang seakan menahan tanganku melanjutkannya. Perasaan yang tak biasa, lantunan rasa ini begitu mendalam. Ada rasa gundah dalam rindu. Rindu akan sosoknya yang begitu bersinar. Dan jika rasa ini datang m

Pengingat

Nabi Muhammad SAW bersabda : " Bersemangatlah untuk meraih segala hal yang bermanfaat bagimu . Mintalah pertolongan Allah dan jangan lemah, apabila engkau tertimpa sesuatu ( yang tidak menyenangkan) Janganlah berkata, Seandainya aku dulu berbuat begini niscaya akan menjadi begini dan begitu. Akan tetapi katakanlah : Qaddar Allahu Wa Maa Syafa'a Fa'Ala,  Allah telah mentakdirkan, Terserah apa yang diputuskan-Nya; karena perkataan seandainya dapat membuka celah perbuatan syaitan." (HR. Muslim)

Belum ada Judul

Gemuruh petir terdengar, Hembusan angin tak tertembus hampanya hati Sebuah tetesan terdengar mendayu Penasaran Ingin ku selidiki setiap serpih rasa itu Namun semua tertahan tak terhempas Kerasnya, menjadi rasa karang Adakah yang harus ku cari ? Apakah ku menemukan yang ku cari ? Adakah alasan untuk ku mencarinya ? Alasan itu Rumit tak terangkai Ku berdiri dalam bimbang ini Berjalan, mencari di sudut sudut waktu Terkadang ku pejamkan mata Namun tak pernah membantu Lelah hati ini meminta Lelah hati ini mencari Semua tanya berkumpul di kepala Tersadar, Tak pernah ada jawaban untuk ini. AAD - MUSP

Bersatu

Saat semua memilih sendiri Hangat dunia menjadi kaku Andai semua berubah Tak ada lagi perang batin nurani itu Semua utuh, menghangat satu Damai Manjakan batin Sembuhkan luka Selama fana ini masih nyata Jadilah satu, engganlah berderai Hanya ada satu rasa Cinta Hangatnya nyamankan dunia Tanpa sempat lahirkan duka AAD

Nanti

Jam pasir itu berderai pelan Seperti melambat, padahal cepat Seorang gadis berdiri pada persimpangan Haus petunjuk Kemana ia ? Ia lelah Lelah oleh alur kehidupan Ia tak mengerti kapan harus berhenti Ia terus berjalan tanpa harus berlari Sering tersandung, tersungkur, kesakitan Tapi ia tahu ia tak pernah sendiri Sang pencipta semesta akan menyambutnya Di akhir perhentian, Nanti.

Tinta .

Bulir ungkapan jantung hati mulai menetes satu-satu Tak tersendat, terus mengalir Membelai lembaran kertas seputih awan Ialah tinta yang mewarnai segalanya Terus bergerak, menggores dengan kata-kata Berdesakkan bagai spektrum cahaya Terbias penuh warna warni makna, Menjadi saksi mati dalam hidup maya barisan kata Terbingkai dalam barisan ungkapan kenangan Tinta, Meski nanti akan pucat dan kering Namun itu lebih baik dari memori yang hebat. AAD